Proses evakuasi korban banjir yang dilakukan petugas Kelurahan Pulo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dilakukan dalam kurun waktu yang lama. Hal itu karena ketersediaan perahu karet di lokasi terjadinya banjir yakni di RT 10 RW 011 terbatas sehingga proses evakuasi dilakukan secara bergiliran. Ini juga dirasakan Ika, seorang warga terdampak banjir yang harus menunggu hingga tiga jam untuk dapat mengevakuasi orang tuanya serta kedua keponakannya yang masih balita.
Dirinya mengaku sudah menunggu giliran untuk mengevakuasi keluarganya sejak pukul 15.00 WIB. Sedangkan, pelaksanaan evakuasinya baru dapat dilakukan pada pukul 17.50 WIB. Satu unit diantaranya merupakan bantuan dari pihak Kepolisian, satu unit dari Damkar, dan satu unit dari pihak kelurahan.
Banjir yang menggenangi perumahan elite di Kelurahan Pulo ini terpantau setinggi 1,5 meter. Diketahui beberapa titik air di wilayah ini sangat deras yang memungkinkan pelaksanaan evakuasi hanya dapat dilakukan dengan perahu karet bermotor. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat untuk mewaspadai akan terjadinya potensi hujan lebat pada 23 24 Februari di wilayah Jabodetabek.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan untuk periode satu pekan kedepan, hujan dengan intensitas ringan tinggi masih akan terjadi di wilayah Jabodetabek. "Hari ini kita masih harus waspada, kemudian waspada berikutnya tanggal 23 24 Februari," kata Dwikorita saat konferensi pers secara virtual, Sabtu (20/2/2021) siang. BMKG telah membuat prakiraan cuaca untuk wilayah Jabodetabek selama sepekan kedepan.
Diterangkan, pada 21 22 Februari, intensitas hujan dikategorikan ringan. Namun pada 23 24 Februari, intensitas hujan akan kembali tinggi. "Besok 21 Februari warnanya menjadi hijau muda yang artinya ringan atau rendah," ujar Dwikorita memaparkan, seperti disiarkan YouTube InfoBMKG.
"Tanggal 22 Februari juga masih ringan tapi di bagian selatan hijaunya mulai menua, artinya mulai terbentuk atau terjadi peningkatan intensitas hujan," sambungnya. Sementara itu, Kepala Pusat Meteorologi dan Pubik BMKG, Fachri Radjab menerangkan bahwa intensitas hujan akan kembali meningkat pada tanggal 23 24 Februari. "Ada potensi hujan sedang hingga lebat, ini juga harus menjadi kewaspadaan kita juga terutama bagian selatan jakarta," kata Fachri.
Meski begitu, curah hujannya tidak akan setinggi yang terjadi pada Jumat (19/2/2021) kemarin. "Kalau dilihat dari jumlah curahnya, kami melihat potensinya masih lebat, bahkan sangat lebat, tapi tidak selebat yang terjadi 24 jam kemarin," jelasnya. Dalam konferensi pers, Dwikorita juga menyampaikan faktor utama penyebab curah hujan ekstrem di Jabodetabek seperti berikut:
1. Pada 18 19 Februari 2021, termonitor adanya aktivitas seruakan udara yang cukup signifikan. Sehingga, mengakibatkan awan hujan di wilayah bagian barat. 2. Ada aktivitas gangguan atmosfer di zona ekuator, yang mengakibatkan perlambatan dan pertemuan angin.
Ada pembelokan dari arah utara ke wilayah Jabodetabek yang bergerak melambat. "Di situlah terjadi intensitas pembentukan awan awan hujan yang akhirnya terkondensasi menjadi hujan dengan intensitas tinggi," kata Dwikorita. Selain itu, pertemuan angin dari arah Asia, kemudian bertemu dengan angin dari arah Samudra Hindia.
"Karena bertemu jadi terjadi penghambatan, jadi dari utara itu terhalang." "Tidak bisa langsung menerobos ke selatan, karena terhalang angin dari arah barat." "Sehingga angin dari utara membelok ke timur, dan melambat."
"Di situlah terjadinya peningkatan pembuatan awan awan hujan," papar kepala BMKG. 3. Adanya tingkat labilitas dan kebasahan udara di sebagian besar wilayah Jawa bagian barat yang cukup tinggi. Hal ini mengakibatkan potensi pembentukan awan awan hujan di wilayah Jabodetabek.
4. Terpantaunya daerah pusat tekanan rendah di Australia bagian utara yang membentuk pola konvergensi di sebagian Pulau Jawa. "Berkontribusi juga dalam pola pertumbuhan awan hujan di wilayah Jawa bagian barat," imbuh Dwikorita.